Asi Langsung Demi Sang Anak

Kebahagiaan dan pujian tidak terkira dirasakan ibu jikalau berhasil  menyusui bayinya ASI Eksklusif demi Sang AnakKebahagiaan dan pujian tidak terkira dirasakan ibu jikalau berhasil menyusui bayinya, khususnya setelah hamil anak pertama. Sebab, air susu ibu alias ASI merupakan masakan yang tepat bagi bayi. Kunci kesuksesan menyusui ialah rasa cinta, ketekunan, kesabaran, percaya diri, disertai penerapan administrasi laktasi yang baik.


Sejumlah ibu yang gres mempunyai bayi mengaku terpaksa menunjukkan susu formula karena harus kembali bekerja. Produksi ASI pun menurun karena kelelahan setelah seharian bekerja. Selain itu, banyak di antara mereka yang mengalami gangguan dalam menyusui, menyerupai bayi tidak mau disusui, kanal ASI tersumbat.


"Sebenarnya bekerja bukan alasan bagi kita untuk berhenti menyusui," kata Upik, karyawati swasta di Jakarta Pusat. Sejak awal, ia telah bertekad untuk menunjukkan ASI secara langsung selama enam bulan kepada bayinya. Hal ini bertujuan meningkatkan daya tahan badan si kecil dari banyak sekali penyakit.


Agar tetap sanggup menunjukkan ASI kendati tidak secara langsung, ia selalu memerah ASI dengan menggunakan pompa elektrik sebanyak dua kali selama bekerja di kantor. "Karena kantor tidak mempunyai ruang untuk memerah ASI, saya terpaksa memerah ASI di kamar kecil yang jarang dipakai," ujarnya.



ASI perah itu dimasukkan ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin yang ada di kantornya. Untuk menjaga kebersihan wadah penyimpanan maupun alat pompa ASI, ia pun menyimpan alat sterilisasi di tempat kerjanya. "ASI perah itu biasanya untuk keesokan harinya," ujarnya.


Saat hampir berusia enam bulan, anaknya mulai diberi masakan pendamping ASI. "Saya bergotong-royong ingin terus menunjukkan ASI, tapi anak saya enggak mau sendiri, sudah pengin sanggup masakan tambahan. Jadi, ya terpaksa kini ia diberi susu formula. Padahal, bergotong-royong ASI saya masih lancar, tidak kering," kata Upik.


Sementara Ny Lia, warga Serpong yang bekerja di tempat Palmerah, Jakarta, dengan besar hati menuturkan bahwa ketiga anaknya mendapat ASI langsung minimal selama enam bulan. Hal ini dilandasi keinginannya biar ketiga anaknya tumbuh kembang optimal, tidak gampang sakit dan cerdas. "Buktinya, ketiga anak saya jarang sakit. Paling hanya pilek, itu pun cepat sembuh," ujarnya.


Untuk itu, ia setiap hari memerah ASI dengan menggunakan tangan sebanyak dua hingga tiga kali di kantornya. ASI perah itu kemudian disimpan di dalam kantong es berlapis dua dan diletakkan dalam lemari pendingin. "Anak pertama saya hanya mendapat ASI hingga usia enam bulan alasannya ialah saya keburu mengandung lagi. Tapi kedua adiknya mendapat ASI hingga hampir setahun," kata Lia.


ASI langsung enam bulan


Menyusui ialah suatu proses yang terjadi secara alami. Jadi, jarang sekali ada ibu yang gagal atau tidak bisa menyusui bayinya. Meskipun demikian, menyusui juga perlu dipelajari, terutama oleh ibu yang gres pertama kali mempunyai anak biar tahu cara menyusui yang benar.


Kendati prosesnya alami, kemampuan ibu memberi ASI tidak tiba tiba-tiba. Ada serangkaian proses yang turut memberi andil dalam kelancaran pemberian ASI, mulai dari persiapan fisik hingga batin calon ibu. Makin dini bayi disusui, maka kian cepat dan lancar proses menyusui si kecil.


Kualitas dan kuantitas produksi ASI juga perlu dijaga biar perkembangan fisik dan mental bayi bisa optimal. Caranya antara lain dengan mengonsumsi masakan bergizi, terutama sayuran, minum cairan, cukup beristirahat dan sering menyusui, serta memijat payudara. Jika jarang disusukan, produksi ASI dikhawatirkan akan menurun.


Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan biar bayi gres lahir mendapat ASI langsung (tanpa perhiasan apa-apa) selama enam bulan. Sebab, berdasarkan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr Badriul Hegar SpA (K), ASI ialah nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal.


Tidak ada kegiatan khusus yang bisa diterapkan untuk pemberian ASI pada bayi. Jadi, ibu harus siap setiap ketika bayi membutuhkan ASI. Akibatnya, jikalau ibu diharuskan kembali bekerja penuh di luar rumah sebelum bayi berusia enam bulan, pemberian ASI langsung ini tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.


Maka, Akida M Widad, Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam artikelnya menuturkan, sejumlah negara menunjukkan kelonggaran kepada ibu hamil dan melahirkan. Di Inggris ibu yang hamil dan melahirkan bisa mendapat cuti 40 minggu. Di Denmark, ibu mendapat cuti empat atau delapan ahad sebelum melahirkan dan 14 ahad sehabis melahirkan ditambah 10 ahad cuti untuk merawat bayi.


Di Indonesia, sesuai kebijakan pemerintah, sebagian besar perusahaan menerapkan kebijakan pemberian cuti melahirkan hanya tiga bulan. Karena itu, kendati kampanye nasional pemberian ASI langsung selama enam bulan dicanangkan, kenyataannya hal itu sulit dilakukan bagi ibu yang bekerja di luar rumah. Kondisi fisik dan mental yang lelah setelah bekerja sepanjang hari telah menghambat kelancaran produksi ASI.


Kendati demikian, hal itu tidak berarti kesempatan ibu yang bekerja untuk memberi ASI langsung kepada bayinya hilang sama sekali. Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI langsung bagi sang buah hati. Selain diberikan secara langsung, yakni dengan menyusui si kecil, ASI juga sanggup diberikan secara tidak langsung dengan cara menunjukkan ASI perah.


Asi perah


Oleh alasannya ialah itu, pengetahuan ihwal cara memerah, menyimpan dan menunjukkan ASI perah ini sebaiknya dikuasai para ibu. Klinik Laktasi Rumah Sakit St Carolus, Jakarta, menyarankan biar para ibu menyiapkan ASI perah minimal dua hari sebelum mulai bekerja dan meninggalkan bayi. ASI sebaiknya diperah setiap tiga jam alasannya ialah produksi susu akan makin melimpah jikalau sering dikeluarkan.


ASI intinya sanggup diperah melalui tiga cara, yakni menggunakan tangan, alat secara manual, atau menggunakan alat pompa elektrik. Namun, bila dilihat dari sisi hemat dan kepraktisan, memerah ASI dengan tangan lebih unggul dibandingkan dua cara yang lain dan bisa melakukannya kapan saja tanpa pemberian alat kecuali wadah yang higienis untuk menampung ASI.


Cara apa pun yang dipilih, faktor kebersihan harus tetap diperhatikan. Sebelum memerah ASI, cucilah tangan Anda dengan sabun dan air hingga higienis dan sediakan wadah tertutup yang higienis dan steril untuk menampung ASI. Kemudian, perah sedikit ASI kemudian oleskan pada puting dan areola alasannya ialah air susu ibu mengandung zat antibakteri.


Pada masa-masa awal, ibu tidak perlu frustasi jikalau jumlah ASI yang diperoleh tidak sebanyak yang diinginkan. Sebab, untuk menjadi terampil memerah ASI memang butuh waktu dan latihan. Karena itu, ibu sebaiknya berlatih memerah ASI sekitar satu ahad sebelum kembali bekerja. Selama di tempat kerja, ibu dianjurkan memerah ASI sebanyak dua hingga tiga kali di tempat yang tenang.


Wadah untuk menampung ASI perah sebaiknya terbuat dari materi yang gampang disterilkan, contohnya botol atau cangkir tertutup rapat yang terbuat dari plastik atau gelas, tahan dimasak dalam air mendidih, dan mempunyai lisan lebar biar ASI yang diperah sanggup ditampung dengan mudah. Bila ASI tidak langsung diberikan, pastikan penyimpanannya kondusif dari kontaminasi dan berikan label waktu pemerahan pada setiap wadah ASI perah.


Jika ASI perah akan diberikan kurang dari enam jam pada bayi, ASI tersebut tidak perlu disimpan dalam lemari es. Dalam buku Kiat Sukses Menyusui, ibu disarankan untuk tidak menyimpan ASI di suhu kamar lebih dari tiga atau empat jam. ASI perah tahan enam hingga delapan jam di ruangan bersuhu kamar, 24 jam dalam termos berisi es batu, 48 jam dalam lemari es dan tiga bulan dalam freezer.


Sebelum diberikan kepada bayi, ASI yang dibekukan dicairkan terlebih dulu dan diletakkan dalam ruangan dengan suhu kamar. Kemudian, wadah berisi ASI itu direndam dalam air hangat sebelum diberikan kepada bayi. ASI sebaiknya diberikan dengan cangkir atau sendok biar bayi bisa mengisap ASI sedikit demi sedikit. Seusai diberi ASI, bayi dipegang dalam posisi tegak biar sendawa.


Pemberian ASI perah dengan sendok atau cangkir sebaiknya diberikan orang lain, bukan ibu bersangkutan. Ini untuk menjaga konsistensi sehingga bayi tidak mengalami galau puting. Selain itu, sisa susu yang tidak dihabiskan bayi sebaiknya tidak disimpan atau dibekukan ulang biar bayi terhindar dari risiko terjangkit diare.


Selain penerapan manajemen, laktasi itu juga harus disertai dukungan semua pihak biar upaya pemberian ASI langsung selama enam bulan bisa berhasil. Sikap keluarga sangat memilih keberhasilan menyusui, terutama suami, dengan membantu kiprah rumah tangga biar ibu yang menyusui tidak kelelahan, dan pemberian tenaga yang menjamin keamanan si kecil ketika ditinggal bekerja.


Adanya "tempat kerja sayang ibu" yang mendukung proses laktasi di tempat kerja juga mempermudah ibu bekerja memberi ASI langsung selama enam bulan. Contohnya, dengan menyediakan ruang untuk menyusui atau memerah ASI dan tempat penitipan bayi, memberi kesempatan ibu menyusui atau memerah ASI setiap tiga jam.

Comments

Popular posts from this blog

Penyebab Alergi Pada Bayi Dan Cara Mengatasinya

Cara Menghilangkan Bekas Gigitan Nyamuk Pada Bayi

Kapan Saatnya Bayi Boleh Naik Pesawat?