Hati2 Dengan Virus Kawasaki



Penyakit Kawasaki yaitu penyakit yang sanggup mengakibatkan peradangan pada dinding pembuluh darah di seluruh tubuh, khususnya pembuluh darah jantung. Kondisi ini termasuk penyakit langka yang mayoritas menyerang belum dewasa di bawah usia lima tahun. Umumnya balita yang berusia antara satu setengah hingga dua tahun.

Selain pembuluh darah, penyakit Kawasaki sanggup menyerang limfonodi, kulit, dan membran mukosa yang terdapat di dalam mulut, hidung, serta tenggorokan. Karena itu, penyakit ini juga disebut sindrom limfonodi mukokutan.

Penyebab penyakit Kawasaki belum diketahui secara pasti. Para pakar menduga terdapat beberapa faktor yang mungkin melatarbelakangi penyakit ini, contohnya faktor keturunan, infeksi, kondisi autoimun, dan beberapa faktor lainnya.

Pengobatan terhadap penyakit Kawasaki paling baik dilakukan maksimal 10 hari semenjak tanda-tanda muncul. Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin kecil pula risiko komplikasi. Penyakit ini pun bisa lebih cepat disembuhkan.

Gejala-gejala Penyakit Kawasaki

Gejala penyakit Kawasaki umumnya muncul dalam tiga tahap dan akan berlangsung selama kurang lebih 1,5 bulan.

Tahap pertama terjadi pada ahad 1-2. Pada tahap ini, tanda-tanda utama yang muncul yaitu demam selama lebih dari lima hari yang disertai:

- Ruam kemerahan yang pertama muncul di area organ intim dan menyebar ke tubuh pecahan atas, tangan, kaki, serta wajah. Ruam ini biasanya akan hilang dalam waktu satu minggu.
- Mata merah, tapi tidak keluar cairan.
- Perubahan kondisi mulut, mirip pengecap atau tenggorokan merah serta bibir yang kering dan pecah-pecah.
- Jari-jari tangan atau kaki yang infeksi dan memerah. Tangan dan kaki juga akan terasa sakit.
- Pembengkakan kelenjar getah bening pada leher.

Pada ahad 2-4, pasien pengidap penyakit Kawasaki akan mengalami tahap kedua. Demam biasanya sudah turun, tapi pasien akan mengalami gejala-gejala lain yang mencakup kulit pada ujung jari tangan dan kaki mengelupas, gangguan pencernaan (seperti diare, muntah, dan sakit perut), serta rasa nyeri dan pembengkakan pada sendi.

Pada tahap inilah, risiko komplikasi mirip aneurisma sanggup muncul. Aneurisma yaitu kondisi pecahnya pembuluh darah akhir dinding pembuluh darah tidak cukup kuat untuk menahan pemikiran darah. Lemahnya pembuluh darah ini disebabkan oleh proses peradangan yang terjadi akhir penyakit Kawasaki.

Pasien akan memasuki tahap ketiga pada ahad 4-6. Pada minggu-minggu ini, gejala-gejala penyakit Kawasaki perlahan-lahan akan berkurang, tapi kondisi anak umumnya masih lemas sehingga gampang lelah.

Gejala-gejala penyakit ini cenderung mirip dengan infeksi lain, terutama tanda-tanda demam pada tahap pertama. Jika anak Anda mengalami kondisi ini, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter biar anak Anda menerima penanganan yang tepat.

Penyakit Kawasaki memang tidak bisa dicegah, tapi diagnosis dan penanganan secepat mungkin sanggup menurunkan risiko komplikasi. Dengan penanganan dini, sebagian besar anak yang mengidap penyakit ini sanggup sembuh total dalam waktu enam ahad hingga dua bulan.

Penyebab Penyakit Kawasaki
Sampai dikala ini belum diketahui secara niscaya apa yang menjadi penyebab kemunculan penyakit Kawasaki. Para mahir menilai penyakit ini mungkin disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu infeksi dan keturunan.

Jika dilihat dari gejala-gejalanya, penyakit Kawasaki bisa disebabkan oleh imbas infeksi. Jenis kuman maupun virus yang mengakibatkan penyakit ini masih belum teridentifikasi dengan terang hingga sekarang. Penyakit ini tidak menular dan hampir tidak pernah menyerang bayi di bawah enam bulan lantaran bayi dilindungi zat antibodi yang didapat dari ibunya. Antibodi merupakan protein yang bisa menghancurkan organisme pembawa penyakit. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan penyakit ini menyerang anak pada usia tersebut.

Faktor keturunan diduga juga kuat terhadap kemunculan penyakit Kawasaki. Jika seorang anak mengidap penyakit Kawasaki, besar kemungkinan orang bau tanah sang anak juga pernah mengalaminya sewaktu kecil. Saudara kandung dari seorang anak yang mempunyai riwayat penyakit Kawasaki juga berisiko mengalami penyakit ini.

Diagnosis Penyakit Kawasaki
Tidak ada tes khusus yang sanggup dipakai untuk mengonfirmasi penyakit ini. Biasanya dokter akan mendiagnosis penyakit ini dengan mengusut kondisi fisik dan gejala-gejala yang dialami sang anak. Sejumlah indikasi yang umumnya dianggap sebagai patokan yaitu gejala-gejala pada tahap pertama, mirip durasi dan suhu demam yang diderita, mata merah, perubahan pada mulut, bibir, serta jari tangan dan kaki.

Pemeriksaan lebih lanjut juga mungkin akan dianjurkan, contohnya tes darah, tes urine, pungsi lumbal, elektrodiagram, atau ekokardiogram. Proses ini dilakukan guna menyingkirkan kemungkinan adanya penyakit lain yang mempunyai gejala-gejala yang mirip, mirip campak, demam scarlet,  toxic shock syndrome, Stevens-Johnson syndrome, serta lupus.

Penyakit Kawasaki juga berpotensi mengakibatkan gangguan jantung. Dokter seringkali menemukan adanya pelebaran pembuluh darah di sekitar jantung pada pengidap penyakit Kawasaki. Oleh lantaran itu, dokter juga menyertakan tes elektrodiagram dan ekokardiogram dikala mendiagnosis pasien.

Pengobatan Penyakit Kawasaki
Penanganan sedini dan seefektif mungkin sangat penting untuk mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan risiko komplikasi. Jika tidak segera ditangani, penyembuhan penyakit Kawasaki akan semakin lama, risiko komplikasinya juga semakin besar.

Tujuan utama pengobatan pada tahap awal yaitu untuk menurunkan demam, mengurangi inflamasi, sekaligus mencegah kerusakan pada jantung. Prosedur utama yang dilakukan untuk mengobati penyakit ini yaitu dengan menawarkan aspirin dan imunoglobulin.

Aspirin gotong royong dihentikan dikonsumsi oleh belum dewasa di bawah 16 tahun, tapi penyakit Kawasaki merupakan salah satu pengecualian. Obat ini sanggup mengatasi peradangan, menurunkan demam, serta mengurangi rasa sakit. Dosis dan durasi penggunaan aspirin akan ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi pasien.

Pemberian imunoglobulin melalui infus juga dibutuhkan untuk menurunkan demam sekaligus risiko komplikasi jantung. Intensitas tanda-tanda penyakit Kawasaki umumnya akan berkurang sehabis pasien mendapatkan infus ini. Jenis imunoglobulin yang dipakai untuk mengatasi penyakit Kawasaki yaitu gamma globulin.

Jika aspirin dan immunoglobulin tidak berfungsi, dokter munkin akan menawarkan kortikosteroid. Di samping obat-obatan, Anda sanggup menawarkan penanganan sederhana untuk menurunkan panas. Misalnya dengan menawarkan banyak minum atau mengompres anak Anda.

Setelah demam turun, dokter mungkin akan menawarkan aspirin dengan takaran rendah jikalau pasien terdeteksi mengalami duduk kasus pada pembuluh darah koroner. Aspirin takaran rendah berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah. Obat ini biasanya akan diberikan hingga 1,5-2 bulan semenjak tanda-tanda muncul.


Risiko Komplikasi Penyakit Kawasaki

Komplikasi utama akhir penyakit Kawasaki yaitu duduk kasus jantung. Jika tidak ditangani dengan efektif, diperkirakan sekitar satu di antara lima anak pengidap penyakit ini alhasil menderita komplikasi jantung. Bahkan, 1 di antara 100 masalah komplikasi yang terjadi berakibat fatal.

Umumnya, gangguan jantung yang terjadi pada pengidap penyakit Kawasaki bisa ditemukan pada ahad pertama dan kedua semenjak tanda-tanda muncul. Tanda-tanda yang sering ditemukan biasanya berupa detak jantung yang sangat cepat (tachycardia), penumpukkan cairan di dalam jantung (pericardial effusion), atau peradangan pada otot jantung (myocarditis).

Komplikasi serius pada pengidap penyakit Kawasaki umumnya disebabkan oleh inflamasi dan pembengkakan pada pembuluh darah koroner. Dinding pembuluh darah mungkin akan melemah sehingga mengakibatkan terbentuknya aneurisma atau dinding pembuluh bisa menyempit dan memicu penggumpalan darah. Kedua komplikasi ini sanggup berujung pada kerusakan jantung.

Dokter akan menganjurkan investigasi lebih lanjut untuk memantau kondisi jantung anak Anda secara terpola jikalau terdapat indikasi bahwa anak Anda mengidap duduk kasus jantung. Proses pemantauan ini biasanya diadakan pada enam hingga delapan ahad sehabis tanda-tanda penyakit Kawasaki muncul.

Jika duduk kasus jantung yang dialami berkelanjutan, anak Anda akan menjalani penanganan oleh dokter seorang mahir jantung. Kondisi ini umumnya akan ditangani dengan obat-obatan mirip antikoagulan dan antiplatelet atau mekanisme operasi yang mencakup angioplasti koroner dan bedah bypass arteri jantung (CABG).

Pasien dengan tingkat komplikasi yang parah mungkin akan mengalami kerusakan permanen pada otot atau katup jantung yang berfungsi mengontrol pemikiran darah. Oleh lantaran itu, mereka dianjurkan untuk selalu melaksanakan investigasi secara regular dengan dokter seorang mahir jantung biar kondisinya bisa terus terpantau.

-----

HARI masih pagi dikala sebuah kendaraan beroda empat glamor meluncur dengan kencangnya di jalan bebas hambatan di Eropa. Tiba-tiba kendaraan beroda empat menghantam tepi jalan dan terbalik. Saksi mata yang melihat menduga si pengemudi mabuk. Polisi tiba dan menemukan si pengemudi seorang gadis berusia 19 tahun, meninggal.

Hasil otopsi memperlihatkan gadis itu mendadak kena serangan jantung koroner sehingga tak sanggup lagi mengontrol mobilnya. Ternyata, data rekam medisnya menunjukkan, ia pernah terkena penyakit kawasaki dikala berusia 2 tahun tanpa disadari oleh dokter maupun keluarganya.

Tragedi serupa dialami Joni, bayi lucu yang berusia 8 bulan. Sudah lebih 10 hari ia demam dan ibunya sudah berganti dokter. Akhirnya tertangkap berair bahwa ia menderita penyakit kawasaki. Sayang sudah terlambat. Katup jantungnya mengalami kerusakan parah dan nyawanya tak tertolong lagi.

Apakah itu penyakit kawasaki (PK)?

PK ditemukan oleh Dr Tomisaku Kawasaki di Jepang tahun 1967 dan dikala itu dikenal sebagai mucocutaneous lymphnode syndrome. Untuk menghormati penemunya, maka dinamakan penyakit kawasaki. Di Indonesia, banyak di antara kita yang belum memahami penyakit yang berbahaya ini, bahkan di kalangan medis sekalipun. Hal inilah yang mengakibatkan diagnosis acap terlambat dengan segala konsekuensinya.

Penampakan penyakit ini juga sanggup mengelabui mata sehingga sanggup terdiagnosis sebagai campak, alergi obat, infeksi virus, atau bahkan penyakit gondong. Penyakit yang lebih sering menyerang ras Mongol ini terutama menyerang balita dan paling sering pada anak usia 1-2 tahun. Bahkan, penulis pernah menemukan PK pada seorang bayi berusia 3 bulan yang menderita demam selama 18 hari.

Angka insiden per tahun di Jepang tertinggi di dunia, yaitu berkisar 1 masalah per 1.000 anak balita, disusul Korea dan Taiwan. Di Amerika Serikat berkisar 0,09 (pada ras kulit putih) hingga 0,32 (pada keturunan Asia-Pasifik) per seribu balita.  Di Indonesia, penulis menemukan masalah PK semenjak tahun 1996, tapi ada dokter yang menyatakan sudah menemukan sebelumnya.

Indonesia gres resmi tercatat dalam peta penyakit kawasaki dunia sehabis laporan seri masalah PK dari Advani dkk diajukan pada simposium internasional penyakit kawasaki ke-8 di San Diego, AS, awal tahun 2005. Diduga, masalah di Indonesia tidaklah sedikit dan berdasarkan perhitungan kasar, berdasarkan angka insiden global dan etnis di negara kita, tiap tahun akan ada 3.300-6.600 masalah PK.

Namun kenyataannya masalah yang terdeteksi masih sangat jauh di bawah angka ini. Sekitar 20-40 persen-nya mengalami kerusakan pada pembuluh koroner jantung. Sebagian akan sembuh  namun sebagian lain terpaksa menjalani hidup dengan jantung yang cacat akhir pemikiran darah koroner yang terganggu. Sebagian kecil akan meninggal akhir kerusakan jantung.

Penyebab PK hingga dikala ini belum diketahui, meski diduga kuat akhir suatu  infeksi, namun belum ada bukti yang meyakinkan. Karena itu cara pencegahannya juga belum diketahui.  Penyakit ini juga tidak terbukti  menular.

Gejala awal
Gejala awal pada fase akut yaitu demam yang mendadak tinggi dan bisa mencapai 41° C. Demam berfluktuasi selama setidaknya 5 hari tetapi tidak pernah mencapai normal. Pada anak yang tidak diobati, demam sanggup berlangsung selama 1-4 ahad tanpa jeda. Pemberian antibiotik  tidak menolong. Sekitar 2-3 hari sehabis demam, mulai muncul tanda-tanda lain secara sedikit demi sedikit yaitu bercak bercak merah di tubuh yang mirip mirip pada penyakit campak.

Namun tanda-tanda batuk pilek yang mayoritas pada campak biasanya ringan atau bahkan tidak ada pada PK. Gejala lain yang timbul yaitu kedua mata merah, tapi tanpa kotoran (belekan), pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu sisi leher sehingga kadang diduga  penyakit gondong (parotitis), pengecap merah mirip stroberi, bibir juga merah dan kadang pecah-pecah, telapak tangan dan kaki merah dan agak membengkak. Kadang anak mengeluh nyeri pada persendian. Pada fase penyembuhan terjadi pengelupasan kulit di ujung jari tangan serta kaki dan kemudian timbul cekungan berbentuk garis melintang pada kuku kaki dan tangan (garis Beau).

Penderita PK harus dirawat inap di rumah sakit dan menerima pengawasan dari dokter mahir jantung anak. Komplikasi yang paling ditakutkan yaitu pada jantung (terjadi pada 20-40 persen penderita) lantaran sanggup merusak pembuluh nadi koroner. Komplikasi ke jantung biasanya mulai terjadi sehabis hari ke 7-8 semenjak awal timbulnya demam. 

Pada awalnya sanggup terjadi pelebaran pembuluh ini kemudian bisa terjadi penyempitan pecahan dalam atau sumbatan. Akibatnya pemikiran darah ke otot jantung terganggu sehingga sanggup mengakibatkan kerusakan pada otot jantung yang dikenal sebagai infark miokard. Pemeriksaan jantung menjadi hal yang sangat penting termasuk EKG dan ekokardiografi (USG jantung). Kadang  ultrafast CT scan, MRA (Magnetic Resonance Angiography) maupun kateterisasi jantung diharapkan pada masalah yang berat. Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit ini tidak ada yang khas.

Biasanya jumlah sel darah putih, laju endap darah dan C Reactive protein  meningkat pada fase akut. Kaprikornus diagnosis ditegakkan  atas dasar tanda-tanda dan tanda klinis semata sehingga  pengalaman dokter sangat dibutuhkan. Pada fase penyembuhan,  trombosit darah  meningkat dan ini akan memudahkan terjadinya trombus atau bekuan darah yang menyumbat pembuluh koroner jantung.

Pengobatan
Obat yang mutlak harus diberikan yaitu imunoglobulin secara infus selama 10-12 jam. Obat yang didapat dari plasma donor darah ini ampuh untuk meredakan tanda-tanda PK maupun menekan risiko kerusakan jantung, tapi harga yang mahal menjadi kendala. Harga satu gram berkisar Rp 1 juta. Penderita PK membutuhkan imunoglobulin 2 gram per kg berat badannya.

Sebagai contoh, anak yang berat badannya 15 kg contohnya membutuhkan 30 gram atau seharga sekitar Rp 30 juta. Penderita juga diberikan asam salisilat untuk mencegah kerusakan jantung dan sumbatan pembuluh koroner. Jika tidak ada komplikasi anak sanggup dipulangkan dalam beberapa hari. Pada masalah yang terlambat dan sudah terjadi kerusakan pembuluh koroner perlu rawat inap yang lebih usang dan pengobatan yang intensif guna mencegah kerusakan jantung lebih lanjut.

Jika dengan obat-obatan tidak berhasil, kadang diharapkan operasi pintas koroner (coronary bypass)  atau bahkan, meskipun sangat jarang, transplantasi jantung. Kematian sanggup terjadi pada 1-5 persen penderita yang umumnya terlambat ditangani dan puncaknya terjadi pada 15-45 hari sehabis awal timbulnya demam. Meskipun demikian, maut mendadak sanggup terjadi bertahun-tahun sehabis fase akut. PK juga sanggup merusak katup jantung (terutama katup mitral) yang sanggup mengakibatkan maut mendadak beberapa tahun kemudian. Kemungkinan kambuhnya penyakit ini yaitu sekitar 3 persen.

Pada penderita yang secara klinis telah sembuh total sekalipun, dikatakan pembuluh koronernya akan mengalami kelainan pada lapisan dalam yang memudahkan terjadinya penyakit jantung koroner pada usia remaja muda kelak. Jika ditemukan serangan jantung koroner akut pada remaja muda, mungkin perlu dipikirkan kemungkinan pernah terkena PK dikala masih anak-anak. Kiranya kita semua perlu meragukan penyakit ini biar tidak mengakibatkan korban lebih lanjut.

Artikel dikutip dari:
http://www.alodokter.com/penyakit-kawasaki
http://nasional.kompas.com/read/2008/07/29/11370546/penyakit.kawasaki.apakah.itu

Comments

Popular posts from this blog

Penyebab Alergi Pada Bayi Dan Cara Mengatasinya

Cara Menghilangkan Bekas Gigitan Nyamuk Pada Bayi

Kapan Saatnya Bayi Boleh Naik Pesawat?