Angka Final Hidup Bayi Stagnan
Indonesia masih harus berjuang keras untuk memperbaiki indikator pembangunan kesehatan, khususnya tingkat janjkematian bayi, lantaran tren angka janjkematian bayi selama empat tahun terakhir belum menurun. Rata-rata angka janjkematian bayi pada periode 2003-2007 relatif stagnan di kisaran 34 per 1.000 kelahiran.
Kondisi ini menjadi sorotan utama yang disampaikan oleh Dr Budihardja, Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. "Kita perlu mempercepat pencapaian sasaran angka janjkematian bayi di Indonesia. Berdasarkan sasaran Tujuan Pembangunan Milenium (MGDs), pada tahun 2015 angka janjkematian bayi yaitu 19 dari tiap 1.000 kelahiran," kata Budihardja, di Jakarta, Kamis (23/10).
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa angka janjkematian bayi pada tahun 1990 tercatat masih mendekati 70, namun lima tahun lalu tepatnya 1995 angka tersebut berkurang hingga menjadi sekitar 66 bayi tiap 1.000 kelahiran. Penurunan tajam terjadi di periode tahun 1997, di mana angka janjkematian bayi turun ke level sedikit di bawah 50. Dan kembali penurunan yang signifikan tercapai di tahun 2003, sehingga rasio janjkematian bayi tiap 1.000 kelahiran yaitu 35 bayi.
"Angka janjkematian bayi mengalami penurunan yang tajam antara tahun 1990-2000an, tapi selanjutnya terlihat stagnan," kata ia mengutip data Susenas (Survei Kesehatan Nasional) tahun 2005.
Dari total angka janjkematian bayi yang masih sangat tinggi itu, masih kata Budihardja, sekitar 80-90 persen sanggup dicegah dengan teknologi sederhana yang tersedia di tingkat Puskesmas dan jaringannya. Di sisi lain, indikator utama pembangunan kesehatan berupa angka janjkematian ibu ketika melahirkan pun setali tiga uang dengan angka janjkematian bayi.
Pada ketika ini diperkirakan 228 orang ibu meninggal dalam tiap 1.000 proses persalinan di Indonesia. Angka janjkematian ibu ketika melahirkan yang ditargetkan dalam MDGs pada tahun 2015 yaitu 110, dengan kata lain akselerasi sangat diharapkan lantaran pencapaian Indonesia terhadap sasaran ini masih cukup jauh.
Comments
Post a Comment