Perilaku Seksual

Dorongan seksual  sanggup diekspresikan dalam banyak sekali sikap Perilaku seksualDorongan seksual sanggup diekspresikan dalam banyak sekali perilaku, namun tentu saja tidak semua sikap merupakan verbal dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau sikap seksual ada yang kondusif dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun sosial. Setiap sikap seksual mempunyai konsekuensi berbeda.


Perilaku seksual yakni sikap yang muncul lantaran adanya dorongan seksual. Bentuk sikap seksual majemuk mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu, petting (bercumbu berat) hingga berafiliasi seks.


Bagaimana perilaku seks kondusif ?
Perilaku seks kondusif yakni sikap seks tanpa mengakibatkan terjadinya pertukaran cairan vagina dengan cairan sperma contohnya dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman. Sementara hubungan seks tanpa memakai kondom bukan merupakan sikap seks kondusif dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah tidak aktif seksual tetapi kalau sudah aktif, setialah dengan satu pasangan saja, atau gunakan kondom dengan mutu yang baik dan benar biar sanggup mengurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan kehamilan.



Masturbasi yakni menyentuh, menggosok dan meraba potongan tubuh sendiri yang peka sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk menerima kepuasan seksual (orgasme) baik tanpa memakai alat maupun memakai alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada potongan tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting payudara, paha potongan dalam, alat kelamin (bagi perempuan terletak pada klitoris dan sekitar vagina; sedangkan bagi pria terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya pria melaksanakan masturbasi dengan meraba penisnya, cukup umur perempuan menyentuh klitorisnya hingga sanggup menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau sanggup timbul ejakulasi pada cukup umur laki-laki.
Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukannya tidak akan mengalami kerusakan pada otak atau potongan tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak menimbulkan risiko fisik ibarat mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril, tidak menimbulkan luka dan infeksi. Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi biasanya bersifat psikologis ibarat rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri lantaran melaksanakan hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga kalau sering dilakukan akan mengakibatkan terganggunya konsentrasi pada cukup umur tertentu.


Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang beropini bahwa onani hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi sanggup berlaku pada perempuan maupun laki-laki. Istilah onani diambil dari seseorang berjulukan onan yang semenjak kecil sering merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama onan ini bermetamorfosis onani. Istilah onani lainnya yang digunakan dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb.


Petting
Petting yakni melaksanakan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melaksanakan penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. Ada pula yang menyampaikan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan sebelum melaksanakan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap sanggup menimbulkan kehamilan tidak diinginkan lantaran sperma tetap sanggup masuk ke dalam rahim, lantaran dikala terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri mempunyai kekuatan untuk berenang masuk ke dalam rahim kalau tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, apalagi kalau eksklusif mengenai bibir kemaluan.


Hubungan seksual
Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin pria berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang mengakibatkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.


Anemia dan Kesehatan Reproduksi


Anemia (kurang darah: Hb <12 gr %) sangat terkait bersahabat dengan problem kesehatan reproduksi (terutama pada perempuan).  Jika perempuan mengalami anemia maka akan menjadi sangat berbahaya pada waktu beliau hamil dan melahirkan.  Perempuan yang menderita anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat tubuh rendah (kurang dari 2.5 kg).  Di samping itu, anemia sanggup mengakibatkan janjkematian baik ibu maupun bayi  pada waktu proses persalinan.  Karena itu untuk memastikan biar cukup umur tidak mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri pada petugas medis.  Jika ternyata cukup umur mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk makan-makanan yang bergizi atau mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.


Kehamilan dan Melahirkan


Usia ideal untuk hamil dan melahirkan
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi.  Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik kalau telah menuntaskan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun.  Sehingga usia 20 tahun sanggup dijadikan aliran kesiapan fisik.


Apa yang Terjadi kalau Remaja Menikah/hamil pada Usia Sangat Muda (di bawah 20 tahun)?
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-undang Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah bagi perempuan yakni 16 tahun dan bagi pria 18 tahun.  Tetapi perlu diingat beberapa hal sebagai berikut:




  • Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan.  Ini berdampak pada meningkatnya banyak sekali resiko kehamilan.

  • Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dpat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berkibat pada kematian

  • Penelitian juga menawarkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini bersahabat kaitanya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.


Apa yang Perlu Diketahu Remaja Tentang Kehamilan yang Tidak Diinginkan?
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) yakni suatu kehamilan yang lantaran suatu alasannya yakni maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang renta bayi tersebut.  KTD disebabkan oleh faktor:




  • Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan

  • Akibat terjadinya tindak perkosaan

  • Kegagalan alat kontrasepsi


Kerugian KTD dan Bahaya pada Remaja?
Beberapa kerugian KTD pada remaja:




  • Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka ia sanggup saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya

  • Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang nrimo dan berpengaruh dari ibu yang megalami KTD terhadap bayi yang dilahirkanya nanti.  Sehingga  masa depan anak mungkin saja terlantar

  • Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi.  Di Indonesia pengguguran dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hukum.  Karena tindakan pengguguran yakni ilegal maka sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak aman.  Aborsi tidak kondusif berkontribusi kepada janjkematian dan kesakitan ibu.


Apakah Dampak dari  Melakukan Aborsi?
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan perempuan terutama kalau dilakukan secara sembarangan yaitu oleh meraka yang tidak terlatih.  Perdarahan yang terus-menerus serta bisul yang terjadi sesudah tindakan pengguguran merupakan alasannya yakni utama janjkematian perempuan yang melaksanakan aborsi.  Di samping itu pengguguran juga berdampak pada kondisi psikologis.  Perasaan duka lantaran kehilangan bayi, beban batin akhir timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang sanggup mengakibatkan depresi. Oleh lantaran itu konseling mutlak diharapkan kepada pasangan sebelum mereka memutuskan untuk melaksanakan tindakan aborsi.  Tindakan pengguguran harus diyakinkan sebagai tindakan terakhir kalau altenatif lain sudah tidak sanggup diambil.

Comments

Popular posts from this blog

Penyebab Alergi Pada Bayi Dan Cara Mengatasinya

Cara Menghilangkan Bekas Gigitan Nyamuk Pada Bayi

Kapan Saatnya Bayi Boleh Naik Pesawat?